Friday, April 8, 2011

You saved me, God

Imported from my own wordpress, go watch more more and more!


Mataku terbelalak, tersudut di salah satu titik ketika melihat mereka yang dengan bebasnya ber cipika cipiki dengan lawan jenis. Melihat mereka yang dengan santainya memakai rok mini sembari bermanja-manja ria dengan si pacar di atas kendaraan. Melihat mereka yang saya simpulkan mirip preman pasar, membawa putung rokok dengan asap yang masih terbumbung tinggi  dan bau mulut asap rokok yang pekat. Melihat mereka yang sedang negosiasi membuat janji untuk nge drunk dengan teman sepermainannya. Melihat mereka dengan rasa jijik, berkata kasar tak patut dicontoh. Semua mengherankan, mengerikan, dan memprihatinkan. Ya, itu lah potret remaja yang semalam aku lihat jelas dengan kedua mata saya. Masya Allah ! Sungguh memprihatinkan, mereka teman-teman 'lama' saya, Kawan!!
***
Entah. Apa itu benar-benar mereka? Mereka yang dulu saat awal masuk sekolah masih terlihat cupu dengan dasi yang terpasang rapi, kaos kaki setinggi 20 cm, semua tampak tegang ketika melihat guru dan kakak kelas berhadapan dengan mereka. Mereka sekarang berbeda. Sangat berbeda. Tak lagi ada sikap 'hormat', 'sopan', boro-boro Islami dikit :p
***
Naluri untuk beranalisi mulai bangkit. Melihat tingkah mereka yang terlalu 'memuakkan' (mungkin saya saja yang belum terbiasa), terlalu luar biasa untuk anak seusianya, apa yang terjadi? Masalah keluarga? Semua orang juga punya, besar kecilnya masalah tersebut biarlah sang waktu untuk menguji kematangan berpikir kita. Ekonomi? Barang-barang ber-branded seakan menjadi perhiasan dari ujung kaki sampai ujung kepala, kalau dibayangkan mereka sudah sepantar lah dengan artis-artis Hollywood :). SEKOLAH? Ya benar. Kebetulan anak-anak yang 'kurang' normal itu bersekolah di sekolah yang memang belum terakreditasi, teruji, atau minimal terpecayalah di mata masyarakat. Tidak ada maksud untuk menyombongkan diri, tapi itu adalah fakta. Saya bicara fakta! Beberapa dari mereka adalah teman satu TK, SD, berlanjut SMA. Yang saya tahu, ketika kami berada di sebuah lingkungan tempat belajar yang sama, misalnya SD, mereka tidak terlalu menonjol biang nakalnya, justru kami sangat bersaing dalam menunjukkan prestasi diri. 
***
Mereka ya mereka. Aku ya aku. Saya sangat beruntung meskipun tidak sering lupa untuk bersyukur, untuk bisa berada dalam lingkungan yang ‘sehat’. Lingkungan dan pergaulan yang memang pantas didapat untuk seorang anak 16 tahun. Yang masih timur dengan segala ke ‘katrok’ anya, yang masih lugu meskipun sering terlihat tidak up to date. Yang ‘mau’ untuk tetap berada di bawah bimbingan orang tuanya, yang ikhlas untuk berjibaku dengan buku sekalipun itu membosankan. Alhamdulillah, You saved me God.
***
Bisa dibayangkan, jika aku gagal untuk menginjakkan kaki di kawah ini, kawah candra dimuka yang penuh dengan perjuangan tanpa batas, SMANSA. Aku akan terlantar karena keegoisan ku sendiri, keegoisan ku untuk berpaling dari orang tua dan justru memihak teman dalam sebuah pergaulan. Di malam hari aku akan kedinginan meskipun itu mengasyikkan untuk bisa nongkrong dengan kawan-kawan di pinggir jalan. Padahal di rumah aku bisa tidur dengan nyenyak dengan selimut yang tebal. Di siang hari aku harus berkeliaran dengan seragam yang masih melekat padahal teman lain sedang menyerap ilmu di sekolah, berkendara motor untuk sekadar mencari kesenangan. Padahal orang tua telah bersusah payah membanting tulang demi melunasi uang pembayaran sekolah. Ketika pengambilan rapor di akhir semester, aku harus mencari alasan-alasan bodoh untuk mengelak karena tinta merah mengisi seluruh nilai-nilai rapor. Padahal harapan dan cita-cita orang tua untuk memiliki anak yang pandai dan bisa dibanggakan sangat besar terpateri di dalam hati mereka.
***
Apakah sekolah telah sedemikian berpengaruhnya terhadap perkembangan perilaku remaja? Bukan sekolah, tapi lingkungan sekolah. Batas-batas pergaulan yang dianggap remeh oleh sebagian remaja, lantas membuat mereka buta akan segala hal. Otaknya dikuasai dengan ajaran Hedon, konsumerisme, kaum Bar-Bar, gaulnya anak 'EMO', gang motor, hello teman-teman. Orang tua, pendidikan dianggapnya hal yang merepotkan saja. Agama dijadikan kambing hitam, Tuhan dilupakan. Tuhan diduakan dengan aktifitas 'dugem', 'nge drunk', naudzubillahimindzalik. Betapa mirisnya hati sang orang tua ketika melihat anaknya pulang larut malam, dengan mulut berbau alkohol, penampilan berantakan, ya Allah mudahkan mereka dalam menghadapi ujian.
***
Ya Allah jika aku diciptakan untuk menguji dan menyusahkan orang tua, balas lah mereka (Ayah dan Ibu) dengan surga yang tiada tara indahnya. Ya Allah jadikan aku anak yang shalehah, pertemukan aku dengan mereka, dalam Jannah mu yang selalu kuimpikan. Amin ya Robbal Alamin.

No comments:

Post a Comment