Sebelum mengencangkan ikat di kepala buat naklukin matematika, pingin curhat dulu tentang kegamangan yang melanda akhir-akhir ini. Matematika, sabar ya Jeng. Bentar aja pingin nge F5 otak :)
Sebenernya bukan apa-apa sih, gamang atau galau sepertinya menjadi sebuah tren yang menjamur di kalangan remaja akhir-akhir ini. Ada yang bilang, Galau Cinta Tingkat Dewa (bagi yang sedang 'bermasalah' dalam urusan cinta), tapi bukan aku lo ye. Nothing went wrong about love, yaiyalah. Single and simple gitu loh :D Mm, lanjut ya temen-temen. Pingin curhat tentang : sempat berfikir buat kuliah di Surabaya, kalo emang pingin nge freak sama yang namanya teknik.
Kaya posting sebelumnya yang berbau UNAS, kalian udah pada tahu kali ya aku ini anak kelas 3 SMA (the year I wished for long-long time ago). Ini tandanya, I will face my college-life this year (\m/). Satu step udah terlewatkan, alhamdulillah aku dan temen-temen sekelas dapet fasilitas : SNMPTN Undangan, tanpa perkecualian. Pilihan universitas dan fakultasnya pun udah final. Dengan keangkuhan hatiku ini, huhu aku jatuhkan pilihan buat gunain 1 universitas, padahal disediain 2 pilihan. Itu semua karena C1ndT4. Ambisi buat expert dalam bidang teknik, dan yang aku tahu universitas yang memang patut diandalkan buat mencetak ahli-ahli khususnya di bidang teknik ya _____. Untuk sementara itu memang menjadi prioritas. Tapi aku juga nggak terlalu bernafsu kok, realistis aja.
Sekarang apa masalahnya?
Pengumuman SNMPTN Undangan dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2011. Lama banget woy! Otomatis hati ini menjadi gundah gulana dong, gimana kalo takdir memang berkata, "Maya, coba lagi ya!" Oh la la, Insya Allah itu yang terbaik kok, aku udah siap dengan segala peluang 1 per berapapun. Tapi kalo bisa, please diterima dong om-om, tante-tante, yang ditugasin buat nyeleksi :) Oke itu baru gambaran aja. Masalahnya gini loh kawan-kawan, dengan berjuta peluang yang ada, ditambah lagi dengan kewajiban kita untuk bersikap 'legawa' dengan segala kemungkinan yang ada, haruslah ada alternatif lain yang perlu dipikirkan sekali lagi. Kita juga nggak boleh kan buat memaksakan sesuatu yang emang bukan jalannya, masak kita harus pakai dukun? 2011 coy! Berarti yang harus dilakuin sekarang, pilih universitas dan fakultas lain buat persiapan SNMPTN tertulis (semoga tidak). Enaknya apa dong?
Banting stir buat ke IPS? Tapi udah terlanjur ambil bimbel IPA. Pingin juga sih jadi seorang akuntan, diplomat, dll. tapi gimana belajarnya? Buku-buku IPS udah tersimpan indah di gudang tuh :p. UI, UGM memang cukup menggiurkan, apalagi IPSnya.
Kalau tetap mempertahankan idealisme pribadi buat 'stay to be a scientist' dan berlanjut menjadi 'engineering', pusing juga kali ya. Apalagi hati udah nggak bisa ditawar-tawar lagi buat sedikit mengalah, "May kamu harus cari universitas lain sebagai pilihan keduanya. Takdir nggak ada yang tahu lo ya!" Miris juga dengan ambisi yang terlalu lebay ini, capek.
Setiap kali ditanya Bapak, "Selain ______, mau ambil mana May?" Cenat-cenut banget deh. Bingung mau jawab. Pernah berjanji pada diri sendiri, "Pokoknya (susah deh kalo pakai 'pokoknya-pokoknya'. Dasar kaku!) kalo nggak diterima di _______, pindah ke IPS aja." Tapi? IPS temen-temen, IPS. Tidak semudah yang kita bayangkan (tears)
Tadi siang, ketika Bapak (untuk kesekian kalinya) bertanya tentang hal yang sama, dengan cepat kilat, aku jawab dengan "Ya udah, kalo IPS belajarnya susah. IPA bagusnya dimana lagi dong? UI? UGM? Surabaya? Masa di Surabaya? Tapi kalo di situ emang bagus, kenapa nggak" dan si Ibu yang sedikit kaget dengan jawaban anaknya menjawab "Ya gapapa, ada om Sipit kok di sana." Lagi-lagi pakai fasilitas nama : sodara. Eits, tapi kan Ibu pernah nggak ngebolehin kuliah di sana, bukan kuliahnya, tapi sekadar 'hidup di Surabaya'. Nggak tahu kenapa :p
Surabaya itu gimana sih? Bagus nggak sih? Kehidupannya gimana? Semua gimana-gimana-gimana! Abis seumur hidup ke Surabaya baru sekali doang, sodara di Surabaya juga sedikit, Ya Allah berikanlah petunjukMu ya Allah. Aku mohon.... Semoga aku tidak harus dipusingkan untuk kedua kalinya ya Robbi. Amin ya Robbal'alamin
No comments:
Post a Comment