Monday, September 12, 2011

Peringatan

Berada di sebuah kamar yang sempit, penuh dengan barang-barang yang seharusnya tidak berada di sini. Langit tampak mendung, sekalipun saya tidak terlalu yakin hujan akan datang sore atau malam ini. Ditemani kipas angin yang selalu setia dua puluh empat jam non stop untuk mengusir hawa panas, sepanas kota Surabaya siang ini. Ya, ini hariku. Bagaimana denganmu?

Sedikit bercerita tentang pengalaman diperingatkan Tuhan dengan cara-cara yang tidak terduga. Selalu saja disesali di akhir cerita. Mengapa aku mengabaikannya? Mengapa aku lupa? Mengapa aku terlena? Astagfirullah. Beberapa hari yang lalu, sebuah kisah tentang hampir saja kehilangan kunci sepeda motor di sebuah swalayan dekat Asrama. Bersama Ulvi, teman satu asrama yang orangnya sangat easy-going, kita berangkat menuju swalayan tersebut dengan motor saya. Berniat membeli flashdisk, hingga keperluan harian yang sebenarnya belum diperlukan. Satu lagi, makanan ringan pengantar tidur malam, bukan. Pengantar kerja rodi semalaman tepatnya.

Kami yang tidak berniat berlama-lama berbelanja, malah kebablasan berada di tempat tersebut. Kami terlalu asik mencari-cari sesuatu yang eye catching, dirasa perlu untuk keperluan harian, sampai menyusuri setiap lorong yang kanan kirinya penuh barang berpromosi harga murah. Tidak terasa adzan maghrib berkumandang. Tanpa disengaja, ketika adzan berkumandang dengan keras (yang kebetulan ada masjid di dekat swalayan), saya berucap : Yah....Adzan. Seakan-akan saya menolak dan menyesal dengan kumandang adzan yang terlalu cepat dan berkesimpulan menyuruh kami untuk secepatnya pulang. Saya merasa berdosa, namun menganggap itu hanyalah sebuah ketidaksengajaan. Mengingat mood belanja kami masih oke, dengan berbangga hati, kami mengabaikan perintah itu. 

Setelah asik berbelanja hal-hal di luar rencana awal, akhirnya kami memutuskan pulang, mengingat malam sudah menyergap dan kewajiban utama belum ditunaikan. Kami segera pulang. Tiba-tiba, kunci motor tidak pada tempatnya. Tas? Dompet? Kresek? Tidak satupun terdapat kunci motor saya disana. Ya Allah, dimana kunci itu? Belum lagi, waktu mengejar kita karena sebentar lagi sudah memasuki waktu Isya', artinya haruskah kami absen sholat Maghrib lalu mencari kunci motor tersebut? Atau menyerah, menyegerakan sholat, kemudian mencarinya lagi? Astagfirullah. Kami semua kalut, deg-degan, takut jikalau kunci itu terselempet, jatuh, atau diambil orang. Artinya, kami pulang jalan kaki sementara motor saya titipkan di swalayan tersebut sampai rentang waktu yang tidak ditentukan? Menelepon orang tua, menyuruh mereka mengirimkan kunci serep yang harus secepatnya ada? Saya dan Ulvi, jujur menyesal mengapa harus berlama-lama berbelanja, sementara menunda waktu sholat yang seharusnya utama dilaksanakan tepat waktu. Lagi-lagi, kami hanya bisa menyesal.

Saya yang mengeluarkan keringat dingin karena kalut, jujur ingin menangis sewaktu mencari kunci tersebut, hanya berharap di dalam hati, "Ya Allah maaf kan saya yang mengabaikan suara penyeruMu untuk melaksanakan sholat. Mohon kunci tersebut segera saya temukan, sehingga saya masih memiliki kesempatan untuk sholat Maghrib dan memohon ampun kepadaMu."

Alhamdulillah, ternyata doa saya dikabulkan. Mungkin bukan dikabulkan, tapi dibukakan kesempatan untuk segera pulang lalu menunaikan kewajiban. Ternyata, selidik punya selidik, saya lupa mengambil kunci motor. Alhasil kunci motor saya masih tertancap. Untuk mengamankannya, satpam pun bertindak. Beliau yang menyimpannya. Baik sekali. Terima kasih Allah, terima kasih Pak Satpam. Hehehe

Betapa Allah dengan segala penciptaanNya bisa memperingatkan manusia dengan berbagai cara. Kita dihadirkan dua pilihan, menjadi hamba Tuhan yang setia dan disiplin melaksanakan janji  yang telah di khaul kan bahkan sejak kita berada dalam kandungan, untuk berpegang teguh pada Islam? Atau mengabaikan apa yang sesungguhnya kita pernah sumpahkan sebelumnya? Mana yang kau pilih? Menunggu Tuhan memperingatkanmu agar tidak berlama-lama dalam kesesatan? Atau bersegera memohon ampun dan memperbaiki kualitas diri dalam mencari ridho Illahi?

No comments:

Post a Comment