Wednesday, April 6, 2011

Remaining 12 days to go

Ujian nasional yang akan dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia pada tanggal 18-21 April 2011 memang menyisakan sedikit pertanyaan yang sulit untuk ditemukan jawabnya, "Mampukah Aku untuk menghadapinya?". Meskipun pertanyaan tersebut sangat sederhana, terdiri dari 4 kata dan tidak sedikitpun berbau fisika kimia, pertanyaan tersebut membutuhkan : waktu dan proses yang lama untuk bisa dijawab. Apalagi untuk seseorang yang akan berhadapan langsung dengan 40 soal biologi, kimia, fisika, matematika dan 50 soal untuk bahasa Indonesia dan bahasa Inggris nanti. Dua belas hari menjelang ujian nasional bisa dibilang 'masih lama' atau 'sebentar lagi', cukup menguras emosional pribadi-pribadi yang segera akan melanjutkan ke bangku perkuliahan (nice!). Sebenarnya bukan dua belas hari juga sih, mungkin bagi siswa-siswa yang 'rajin', mereka telah bersiap-siap sejak bulan Januari mungkin, sedangkan saya yang biang kerajinannya belum muncul sekalipun sejak SMA rela-rela saja tuh untuk terkungkung dalam sebuah perangkat idealis : semua akan terjadi indah pada waktunya. Pemikiran yang tak sepatutnya baik untuk ditiru :)
***
Kembali lagi ke topik bahasan, banyak para motivator saya, termasuk guru yang kebetulan hari ini memberi petuahnya di sela-sela proses pembelajaran di sekolah. Beliau berkata, yang kita butuhkan untuk mempersiapkan senjata sebelum perang adalah persiapan yang mumpuni. Peluru harus disiapkan, keahlian menembak harus diasah lebih intensif, ketahanan diri perlu dijaga. Sama seperti kami (siswa). Tanggal 18 April nanti adalah awal sebuah perjuangan bagi kami dalam menutup dua tahun belajar di sekolah menengah atas dengan sebuah kesan yang indah, insya Allah. Lalu apa yang harus dipersiapkan? Belajar? Sudah. Menurut saya, saya sudah cukup lelah untuk banting pikiran (bukan banting tulang) selama terhipnotis dalam fisika, kimia, biologi, matematika, bahasa Indonesia dan Inggris dengan segala : intrik, ketidakpercayaan, keanehan, kebosananannya. Saya sudah jenuh untuk 'diuplek-uplek' dengan hal yang itu-itu saja, tidak berkembang dan doktrinasi untuk sekadar 'bisa' menyelesaikannya. Bagus sih, tapi untuk pribadi seperti saya, sangat tidak efisien. Menggunakan waktu dengan sebuah hal yang bertitel : Tidak Berkembang!
***
Guru kesayangan saya itu juga berkata, mungkin usaha di sekolah telah kami upayakan semaksimal mungkin. 07.00-11.30 sudah cukup bagi kami untuk bertatap muka dengan 'si pengganggu masa kelas 3 SMA'. Teror try out atau uji coba UAN juga menghujani kami tak henti-hentinya. Pengayaan-pengayaan yang diselenggarakan ternyata ampuh untuk mengasah otak kami untuk sekedar 'kembali' mengulang pelajaran kelas 1 dan 2 yang sedikit-sedikit mulai terlupakan. Oke anggap saja, urusan usaha di sekolah : DONE WELL! Bagaimana di rumah?
***
Nah ini masalah utama yang sering menghantui saya khususnya. Rumah adalah tempat terindah (cie), meskipun rumah saya tidak bertingkat dua, berlantai granit, beratap aneh-aneh, bercat warna-warni, tapi yang namanya Home Sweet Home tetap melekat di hati dong. Nah di sini mental untuk berkomitmen tinggi benar-benar teruji. Rumah dengan segala tipu dayanya : TV, internet, AC, laptop, dan beberapa hiburan lainnya justru yang membawa saya untuk larut menikmati setiap detik yang terjadi di dalamnya, lalu melupakan BELAJAR yang menjadi salah satu kewajiban. Di zona nyaman inilah saya melepas semua kepenatan yang saya rasakan di sekolah dan berakhir dengan aksi 'balas dendam'. Hehe. Masuk kamar, keenakan pakai AC, ujung-ujungnya -> tidur. Masuk kamar, buka laptop -> ngenet sepuasnya. Zona nyaman benar-benar nikmat.....
***
Sesuai nasehat Beliau (Pak X), sekarang kita menyisakan waktu dua belas hari sebelum hari H untuk berbagai persiapan. Salah satu yang perlu digaris bawahi adalah : keluar dari Zona Nyaman tadi. Kita harus memiliki karakter yang independen, mandiri, tidak bergantung, pada jebakan Zona Nyaman. Kita harus memiliki motivasi dan semangat belajar yang tinggi agar ketika 'cobaan' datang, kita bisa mengatasinya dengan baik, dan benar juga. Dengan keluar dari zona nyaman, kita akan merasa lebih tertantang dan  langkah kita 'berani ditantang' adalah hal yang patut diacungi jempol. Kita harus memiliki pemikiran, "Usaha berbanding lurus dengan hasil", usaha yang besar akan menghasilkan hasil yang besar (baik) juga. Namun menjauh dari zona aman adalah sebuah phobia tersendiri yang saya nikmati :). Ketika semua orang tengah terlelap dan pulas dalam tidurnya, pukul 2.30 pagi saya memberanikan diri untuk bangun, sholat, belajar. Memang itu dilakukan pada saat-saat tertentu saja, ulangan, tes, TO, dll. Tapi itu adalah wujud kecintaan saya untuk menuntut ilmu. Karena saya tidak pernah belajar di malam hari teman-teman. Haha.. Kelemahan saya, malam hari untuk senang-senang, pagi hari untuk ber-hectic ria dengan namanya rumus, buku, oh tidakk..
***
Sekian tips yang diberikan guru saya melalui perantara saya sendiri kepada kalian, intinya : MARI KELUAR DARI ZONA NYAMAN. Aku dan kamu yaaaa, kita semua :)

No comments:

Post a Comment